Sumber:http://nasirussunnah.wordpress.com/
Apabila tibanya bulan Ramadhan,umat Islam akan berlumba-lumba melakukan amalan soleh demi mendapatkan ganjaran berlipat ganda yang telah dijanjikan oleh Allah.
Di sana sini seruan untuk melakukan amalam kebajikan dapat di dengar.Atas dasar itu, maka banyaklah pula hadith-hadith tentang kelebihan bulan Ramadhan disampaikan kepada masyarakat.
Namun,dalam semangat mengajak manusia mencari redha Allah,ada yang terlupa prinsip penting dalam usaha itu,iaitu Allah telah menetapkan sunnah Nabi secara adil, (untuk) memusnahkan penyimpangan orang-orang sesat dari sunnah, dan mematahkan ta’wilan para pendusta dari sunnah dan menyingkap kepalsuan para pemalsu sunnah.
Sejak bertahun-tahun sunnah telah tercampur dengan hadits-hadits yang dhaif, palsu, diada-adakan atau lainnya. Hal ini telah diterangkan oleh para imam terdahulu dan ulama salaf dengan penjelasan dan keterangan yang sempurna.
Para pemberi nasihat akan melihat bahwa mereka,kecuali yang diberi rahmat oleh Allah tidak memperdulikan masalah yang mulia ini walau sedikit perhatian pun walaupun banyak sumber ilmu yang memuat keterangan shahih dan menyingkap yang bathil.
Sesungguhnya hadits-hadits yang tersebar di masyarakat sangat banyak, hingga mereka hampir tidak pernah menyebutkan hadits shahih,walaupun yang demikian itu sangat banyak.
Antara hadits-hadits yang tersebar di kalangan manusia di bulan Ramadhan, diantaranya.
Pertama.
“Kalaulah seandainya kaum muslimin tahu apa yang ada di dalam Ramadhan, niscaya umatku akan berangan-angan agar satu tahun Ramadhan seluruhnya. Sesungguhnya surga dihiasi untuk Ramadhan dari awal tahun kepada tahun berikutnya ….” Hingga akhir hadits ini. (Hadits ini maudhu‘ kerana adanya Jabir bin Ayyub, biografinya ada pada Ibnu Hajar di dalam Lisanul Mizan (2/101) dan beliau berkata : “Mashur dengan kelemahannya”. Juga dinukilkan perkataan Abu Nua’im, ” Dia suka memalsukan hadits”, dan dari Bukhari, berkata, “Mungkarul hadits” dan dari An-Nasa’i, “Matruk” (ditinggalkan) haditsnya”.)
Kedua.
“Wahai manusia, sungguh bulan yang agung telah datang (menaungi) kalian, bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, Allah menjadikan puasa (pada bulan itu) sebagai satu kewajiban dan menjadikan shalat malamnya sebagai amalan sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan diri pada bulan tersebut dengan (mengharapkan) suatu kebaikan, maka sama (nilainya) dengan menunaikan perkara yang wajib pada bulan yang lain …. Inilah bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya adalah merupakan pembebasan dari api neraka ….” Hingga akhir. (Hadits ini Dhaif karena lemahnya Ali bin Zaid, berkata Ibnu Sa’ad, Di dalamnya ada kelemahan dan jangang berhujjah dengannya, berkata Imam Ahmad bin Hanbal, Tidak kuat, berkata Ibnu Ma’in. Dha’if berkata Ibnu Abi Khaitsamah, Lemah di segala penjuru, dan berkata Ibnu Khuzaimah, Jangan berhujjah dengan hadits ini, karena jelek hafalannya. Demikian di dalam Tahdzibut Tahdzib )
Ketiga.
“Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat” (hadits ini lemah.Berkata Abu Bakar Al-Atsram, “Aku mendengar Imam Ahmad -dan beliau menyebutkan riwayat orang-orang Syam dari Zuhair bin Muhammad- berkata, “Mereka meriwayatkan darinya (Zuhair,-pent) beberapa hadits mereka (orang-orang Syam, -pent) yang dhoif itu”. Ibnu Abi Hatim berkata, “Hafalannya jelek dan hadits dia dari Syam lebih mungkar daripada haditsnya (yang berasal) dari Irak, karena jeleknya hafalan dia”. Al-Ajalaiy berkata. “Hadits ini tidak membuatku kagum”, demikianlah yang terdapat pada Tahdzibul Kamal)
Keempat
“Barangsiapa yang berbuka puasa satu hari pada bulan Ramadhan tanpa ada sebab dan tidak pula karena sakit maka puasa satu tahun pun tidak akan dapat mencukupinya walaupun ia berpuasa pada satu tahun penuh”
(Hadits ini diriwayatkan Bukhari dengan mu’allaq dalam shahih-nya tanpa sanad) Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari “Dalam hadits ini ada perselisihan tentang Hubaib bin Abi Tsabit dengan perselisihan yang banyak, hingga kesimpulannya ada tiga penyakit : idhthirah (goncang), tidak diketahui keadaan Abil Muthawwas dan diragukan pendengaran bapa beliau dari Abu Hurairah”.
Inilah empat hadits yang didhaifkan oleh para ulama dan di lemahkan oleh para Imam, namun walaupun demikian kita sering mendengar dan membacanya pada hari-hari di bulan Ramadhan yang diberkahi khususnya dan selain pada bulan itu pada umumnya.
Tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian hadits-hadits ini memiliki makna-makna yang benar, yang sesuai dengan syari’at kita yang lurus baik dari Al-Qur’an maupun Sunnah, akan tetapi hadits-hadits ini sendiri tidak boleh kita sandarkan kepada Rasulullah S.A.W dan terlebih lagi umat ini telah Allah khususkan dengan sanad dibandingkan dengan umat-umat yang lain.
Dengan sanad dapat diketahui mana hadits yang dapat diterima dan mana yang harus ditolak, membedakan yang shahih dari yang bathil. Ilmu sanad adalah ilmu yang paling rumit, telah benar dan baik orang yang menamainy.
Wallahu ‘alam